Nenek Berkharisma
kisah konyolku selanjutnya, betempat di warung sayur yang sedang ramai pelanggan.
Awalnya niatku untuk mempercepat pembelian dengan meminta mengambilkan barang (entah kecap atau apalah itu, aku lupa) kepada nenek-nenek yang terlihat tidak sedang melayani pelanggan. Nenek itu tampak rapi dan berkharismatik untuk seorang penjual sayur.
Karena ia tidak merespon, kuulangi permintaankudengan memaksakan diri untuk menatap matanya dan suara yang sedikit kutinggikan.
Bukannya mengambil barang yang kuminta, ia malah menunjuk dirinya, seolah ia bertanya kepadaku, 'kamu memintaku mengambilnya?' lalu kujawab dengan anggukan mantap.
Dan sialnya, lalu ia malah mengatakan, "Tuh nyungkeunna ka si ibu itu!!. wenteran pisan" dengan lirikan judes maut yang membuatku kikuk setengah hidup dengan kenyataan bahwa nenek-nenek itu bukanlah penjual sayur tetapi pembeli.
Karena kechaosan warung sayur tak kunjung mereda membuat kesabaranku yang seluas daun kelor habis. Selain itu, aku sudah tak kuat menahan malu untuk terus bersitatap dengan nenek-nenek berkharisma, akhirnya yang kulakukan adalah mundur teratur ke belakang dan meninggalkan warung, tidak jadi membeli yang kubutuhkan.
hadeuh-hadeuh
Komentar
Posting Komentar