Pagiku cerah matahari bersinar

Tak kukira nasibku di 5 Desember pagi akan begitu bebeledagan (hahahha)

Bangun lebih pagi dari biasanya, beberes sedikit, maraban sasatoan dan pepelakan karena beberapa hari akan kutinggalkan. semuanya dilakukan dengan tanpa rurusuhan.

Sampai pada waktu aku memutuskan untuk berangkat, di sini masih seperti biasa, aku berjalan sambil bersenandung sumbang menuju tempat bus langganan lewat. Tapi sialnya, diriku saat jarak tinggal menyebrang, busnya telah pergi tanpa melambaikan tangan sedikitpun. 

Segera berpikir, pilihan ada 2, "mengejar atau menunggu bis selanjutnya datang" otak belum memutuskan tapi badan langsung berusaha mengejar dengan sebisanya.

Tapi sayangnya diriku lupa, betapa boyotnya badan ini untuk diajak lulumpatan, apalagi diajak balap Jeung mesin. Alah rungkadd.

Syukurnya, ada satu angkot lewat, spontan kupanggil dan berseru ke pa supir, "pa, itu pang udagkeun MGI" 

Benar saja, si amang dengan angkot spek buburutbutan menginjak gas tanpa ragu, salip kanan-kiri, sedikit mengoceh tapi kaki dan tangan terus bekerja, tanpa henti ia mengklakson untuk mendapat perhatian si bus. 

Sugar rush yg sesungguhnya, si amang bageur tukang babalapan, kupikir.

Dengan segala usaha yg dikerahkannya, akhirnya si bus badag pun dapat dihentikan. Lalu kuucapkan terima kasih dan maaf, turun dan memberikan ongkos. yg setelah dipikir-pikir lagi begitu kurang. Menyesal sekali diri ini

Tapi Alhamdulillah sangat pantas kuucapkan. Mudah-mudahan si amang angkotna bagja salawasna.

Komentar