Pagiku cerah matahari bersinar
Tak kukira nasibku di 5 Desember pagi akan begitu bebeledagan (hahahha) Bangun lebih pagi dari biasanya, beberes sedikit, maraban sasatoan dan pepelakan karena beberapa hari akan kutinggalkan. semuanya dilakukan dengan tanpa rurusuhan. Sampai pada waktu aku memutuskan untuk berangkat, di sini masih seperti biasa, aku berjalan sambil bersenandung sumbang menuju tempat bus langganan lewat. Tapi sialnya, diriku saat jarak tinggal menyebrang, busnya telah pergi tanpa melambaikan tangan sedikitpun. Segera berpikir, pilihan ada 2, "mengejar atau menunggu bis selanjutnya datang" otak belum memutuskan tapi badan langsung berusaha mengejar dengan sebisanya. Tapi sayangnya diriku lupa, betapa boyotnya badan ini untuk diajak lulumpatan, apalagi diajak balap Jeung mesin. Alah rungkadd. Syukurnya, ada satu angkot lewat, spontan kupanggil dan berseru ke pa supir, "pa, itu pang udagkeun MGI" Benar saja, si amang dengan angkot spek buburutbutan menginjak gas tanpa ragu, salip kan...