Cerita

foto pribadi hilmazhar

Bulan ramadhan lalu lanjut lebaran adalah waktu untuk merekatkan kembali jalinan silaturahmi dengan saudara yang jarang ditemui.

Silaturahmi yang pertama kulakukan adalah pulang ke kampung halaman mamahku. Yang mana kami melakukannya lebih awal daripada biasanya, yaitu di permulaan Bulan Ramadhan.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, pulang kampung kali ini pun tak ada bedanya. Mengobrol dan bercanda dengan yang muda, membantu mengerjakan pekerjaan rumah di saudara yang sudah tua dan mendoakan yang sudah tidak ada.

Namun yang kusadari tahun ini agak berbeda dengan sebelumnya adalah Uwa-Uwa ku sudah menginjak usia lanjut usia dan rentan sekali kena penyakit. Saat yang muda banyak merantau dan melanglang buana pergi ke luar kota. Sisa para orang tua yang masih menetap di kampung halamannya.

Para orang tua yang kutemui sering bercerita tentang kehidupannya di masa lalu, saat kehidupannya dipenuhi dengan banyak perasaan, baik senang, tawa, marah ataupun sedih. Ada kisah yang pertama kali kudengar ada juga kisah yang pernah kudengar sebelumnya beberapa kali.

Walaupun begitu, aku mencoba menyimaknya dengan baik.

Dari situ aku berpikir apakah cerita yang terus diulang-ulang tentang masa lalu itu adalah sebuah tanda bahwa sebetulnya kehidupannya telah berhenti di waktu yang ada di dalam cerita itu. Dan waktu setelahnya di mana saat kehidupannya mulai sepi, hal itu bukanlah sesuatu yang perlu diingat dan diceritakan kepada yang lain.

Jika kukatakan secara kasar, kehidupannya sudah berhenti di masa yang sering diceritakannya itu. Waktu saat ini tidaklah bisa disebut sebagai kehidupan karena sangat tidak berwarnanya kehidupan yang ada.

Para orang tua sering menceritakan hal yang sama seolah-olah ia ingin mengulang masa-masa itu. Mereka seperti berharap bisa meneruskan cerita di masa lalu walaupun dengan orang, perasaan yang berbeda. Tetapi sulit untuk dilakukan karena kekurangan tokoh yang ada di dalamnya.

Berharap cerita itu masih bisa dilanjutkan.

Oke, hanya lima hari kuhabiskan di kampung halaman, lalu kembali ke rumah dan pada tanggal 20 Ramadhan teteh dan anaknya (keponakanku) pulang.

Keponakanku masih tiga tahun. Tingkahnya sangat-sangat bervariasi, kadang menggemaskan, kadang menakjubkan, kadang menyebalkan. Ya, umur segitu memang sedang meujeuhna.

Berbeda dengan para orang tua yang kisahnya sudah tertinggal di belakang. Ia dengan umur yang masih sangat muda malahan sedang membuat dan merajut cerita yang di kemudian hari akan diingat lalu diceritakannya pada yang lain. Sehingga kuberharap diriku dalam ceritanya mempunyai citra yang baik (hahahha).

Lalu fase kehidupan manakah yang sedang kamu lakukan saat ini? Membuat cerita atau berhenti membuat cerita?

Komentar