bubudakeun
Pada Hari Minggu ku turut mamah (bukan ayah) ke pusara bapa (bukan ke kota). Sebuah kegiatan yang wajib dilakukan rutin setiap minggu, memang tidak menjadi peraturan tertulis hanya sekedar bukti cinta kepada Bapa yang sudah tak ada.
Di pertengahan jalan, kami berpapasan dengan ibunya temanku dulu yang seangkatan. Lalu mamah menyapa
"Eh ibu, Aya di dieu gening!"
"Muhun ibu, Bade Ka mana?"
"Itu Bade Ka makam"
Tiba-tiba bocah perempuan cantik mendatangi si ibunya temanku
"Euleuh eta teh putrana Enca (nama temanku)?, meni geulis, tos ageung geningan" ujar mamahku
"Muhun Bu, Enca teh saangkatan nya Sareng Hilma?"
Dengan sedikit tersenyum kumenjawab, "hehe, Muhun Bu"
Setelah sedikit beramah-tamah dan mengobrol, kami kembali berjalan ke makam bapa sambil mamah berceloteh, "tuh itu rerencangan Dede tos gaduh budak, ieu mah naha kalakah masih bubudakeun wae?!"
Kujawab dengan tertawa lepas, "hahhahahah, Bae atuh mah"
Komentar
Posting Komentar